25 Maret 2010

love must go on 2

-Keesokan harinya-

Hari ini rasanya berbeda dengan biasanya.Mungkin karena tanpa kalung itu.Sepertinya kalung itu sudah menjadi bagian dari jiwaku,sehingga tanpa kalung itu aku merasa tidak bersemangat lagi.
Aku masih terpaku di bangku taman sekolah.Sendiri dan tak ingin diganggu oleh sipapun.Menatap kosong ke arah yang tak ada tujuan sama sekali.
“Dis…sorry,bukannya aku mau ganggu kamu Dis.Tapi ini penting buat aku sampaikan ke kamu”.
“Apa Nis ?”aku agak terkejut Nisa sudah berada di sampingku.Nisa memang jarang berkumpul denganku dan yang lain.Itu karena dia sibuk dengan dunia modelnya dan tak ada waktu senggang untuk dia belajar di rumah.Maka dari itu dia gunakan waktu luang di sekolah utuk belajar.Tak heran jika dia tak pernah keluar kelas untuk urusan yang nggak penting (ex:jajan di kantin,termasuk ngobrol dengan kita).Dan karena itu aku agak kaget sewaktu dia memulai perbincangan denganku.
“Kak Fandy sakit Dis,,dia kemarin malam pergi entah kemana dan baru pulang tadi pagi.Sewaktu pulang kondisinya masih baik,tapi waktu akan berangkat ke sekolah kak Fandy tiba-tiba pingsan.Kata dokter dia demam karena semalaman banyak menghirup udara malam.Dan kak Fandy ngigauin kamu terus Dis.Aku jadi cemas”.
“Ngigau………?!?!” aku sontak tak peraya.Pikiranku kemudian berpusat pada percakapanku tadi malam dengan kak Fandy.Aku nggak pernah berpikir bahwa apa yang diucapkannya semalam benar-benar dilakukan.Aku langsung terkulai lemas.Pikiranku campur aduk tak karuan.Masalahku tentang kalung itu sekarang bertambah menjadi satu.
Kutinggalkan taman sekolah menuju kelasku setelah kujanjikan sesuatu pada Nisa bahwa aku akan menjenguk kak Fandy.Aku tahu perasaan Nisa sekarang.Kak Fandy,kakaknya sedang sakit di rumah,tapi dia tidak bisa menemaninya.Nisa pasti ingin menemani kakaknya yang sekarang sedang terbaring sendirian di kamarnya.Orang tua Nisa dan kak Fandy bekerja hingga larut malam,sehingga hanya waktu sarapan pagi saja mereka bisa bertemu.Saat mereka pulang bekerja,semuanya sudah terlelap di tidurnya masing-masing.Sebuah kehidupan yang tak pernah bisa aku bayangkan.Tanpa perhatian dan kasih sayang orang tua,aku mungkin tidak bisa jika aku berada di posisi mereka.
Pikiranku masih terusik dengan masalah yang menimpa diriku.Mulai dari kalungku yang hilang,hingga masalah kak Fandy yang mungkin sekarang sedang menahan sakitnya.Pelajaran pak Wahyu pun tidak bisa aku terima seperti biasanya.
“GLADIS KARTIKA MAHARANI…………………”.
“GLADISSSSS…………”suara keras itu membuyarkan pikiranku yang saat itu memang sedang kacau balau.
”I…i…i…iya pak,ada apa pak ???”sontak aku kaget,pak Wahyu yang super duper killer itu kini sudah ada di depan mataku.
“Jadi kamu dari tadi tidak mendengarkan penjelasan saya.Saya sudah menerangkan panjang lebar,kamu malah asyik sendiri melamun.Sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai bel pulang nanti”
“Ta…ta…tapi pak…………”
“Nggak pake tapi-tapian.Sekarang kamu cepat keluar………”


“Hari ini sial banget……gara-gara pak Wahyu yang galaknya ngelebihin monster,kaki aku jadi lemes nggak karuan kayak gini.Kalau kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.Udah masalah bertambah,,ini malah ditambahin satu lagi.Capek deeee………”gerutuku sambil berjalan ke parkiran sekolah.
Hari ini sepulang sekolah aku langsung menuju ke rumah kak Fandy.Rumah kak Fandy nggak jauh dari sekolah jika ditempuh dengan sepeda.Mungkin jaraknya hanya beberapa kilometer saja.Walau sendirian tapi tetap kuputuskan untuk menjenguk kak Fandy.Hari ini Meta sibuk mempersiapkan pesta ulang tahun adiknya.Beno,Togar dan Andre juga sibuk dengan urusannya masing-masing.Jadi mau nggak mau,aku yang harus pergi sendiri.
Perjalananku ke rumah kak Fandy hanya memakan waktu beberapa menit saja,hingga akhirnya aku sampai di rumah kak Fandy.Rumah bercat kuning keemasan yang minimalis dan sangat mewah itu kini sudah ada di hadapanku.Pertama kali aku menginjakkan kakiku di rumah ini,aku sama sekali tidak pernah berpikir bahwa rumah ini sama halnya dengan rumah hantu.Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.Sepi dan sunyi yang kurasakan saat aku berada di dalam rumah itu.Sangat jauh berbeda dengan keadaan rumahku,yang selalu ramai dengan canda tawa dan senda gurau keluargaku.
Aku lihat kak Fandy yang sedang terbaring di tempat tidur kamarnya.Sendu dan sayup kulihat matanya.Aku tahu dia kelelahan karena semalaman mencari kalungku yang hilang.
“Kak……”.
“Gladis…!!! Kenapa kamu ada di sini ?”.
“Kakak itu bikin aku khawatir tahu nggak sih………,aku kan udah bilang kalau kakak nggak usah cari kalungku kemarin malam.Hiks…hiks…”.Tangisku yang sempat kutahan kini pecah membahana ke segala ruang.
“Lho…kenapa kamu nangis ?? Kakak nggak kenapa-napa kok.Mungkin kakak kelelahan gara-gara manggung di banyak tempat,makannya kesehatan kakak makin menurun”.
“Kak Fandy bodoh,,,hiks…hiks…”.
“Ya,,,memang kakak akuin kakak bodoh.Bodoh karena cinta.Buat kakak kesedihan kamu itu sama saja dengan sakitnya hati kakak.Aku tahu kalung itu berharga buat kamu.Kenangan-kenangan kamu dengan Reno semuanya ada di kalung itu.Karena itu kakak ingin sekali menemukan kalung itu.Kakak nggak mau kehilangan keceriaan kamu.Keceriaan seperti saat kamu menceritakan hal-hal tentang kalung itu.Ya,,,walaupun,,,” kalimat itu putus seketika.
“Walaupun apa kak ?”.
“Sudahlah,,,sepertinya kata-kata itu juga nggak penting buat kamu”.
Aku tahu kak Fandy menyimpan perasaan yang lebih kepadaku.Dan perasaan itu semakin kuyakini saat dia berkata seperti itu.Dia cemburu.Itu tanda-tanda yang dapat kusimpulkan dari setiap kalimat yang dia lontarkan kepadaku jika sedang denganku.


“Dis,,,lagi ngapain kamu ? Duduk sendirian di pojokan sini.Nggak pesan makanan kamu dis ?” tanya Meta yang menghampiriku.
“Nggak Met,,,lagi nggak mood aja.Kamu tahu sendiri kan sekarang masalah aku.Aku bimbang sama perasaan aku.Campur aduk kayak gado-gado,,,!!! “.
“Enak dong gado-gado.He…he…”
“Met……kalau menurut kamu,aku harus gimana ? aku mengubur dalam-dalam segala kenangan tentang Reno atau sebaliknya.”
“Kalau menurut aku,,Reno itu cuma masa lalu kamu.Jadi sebaiknya kamu lupain aja masalah kalung kamu yang hilang itu.Sekarang kan udah ada sinyal-sinyal cinta yang aku lihat.Jadi yang nyata-nyata aja yang kamu jalanin”
Kata-kata yang terlontar dari Meta menimbulkan sesuatu yang sudah lama mengganggu perasaanku.Sesuatu itu yang mendorong aku untuk berusaha melupakan Reno.Melupakan segala kenangan masa laluku tentang Reno.
“Ya…Met,sepertinya aku memang harus melupakan Reno.Melupakan segala yang berhubungan dengan dia”
“Yupz…,betul banget.Kamu memang harus ngelupain dia.Kalau menurutku,kamu harus ngejalanin masa depan kamu.Contohnya nie ya,,,kamu jadian sama kak Fandy.he,,,he,,.Dan kamu jangan pernah ngungkit-ngungkit masa lalu kamu.Apalagi tentang Reno.”
“Ngaco kamu,,,”
“Udah deh,,,kalian itu sama-sama suka.Jadi kamu nggak usah pake acara ngumpet-ngumpetin segala.Aku 100 persen yakin kalau dalam waktu dekat ini,kamu bakal ditembak sama kak Fandy”
“Yes Mrs.peramal,,,lama-lama tambah ngaco kamu.Nggak penting ah,,,”.Aku berlalu meninggalkan Meta.Karena kalau aku dengar lebih banyak lagi tentang ocehan Meta yang ngalor ngidul tambah nggak jelas arahnya,aku bakal tambah gila.Enak dong Rumah Sakit Jiwa,,,tambah satu lagi penghuninya.Ya,,,aku ini,korban dari si Meta.
Buat aku,Meta memang sosok sahabat yang care banget sama temannya.Dia selalu memberikan nasehat-nasehat yang terbaik.Tapi masalah tentang kak Fandy tadi yang nggak bisa aku terima.Dan kalau aku dengerin lebih lanjut lagi,aku bakalan stress mikirin kata-kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar