Menurut Gagne, belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.Objek-objek langsung adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata merupakan objek-objek yang pertama-tama dipelajari.Objek-objek langsung dalam pembelajaran matematika terdiri dari: Fakta-fakta matematika, Konsep-konsep matematika, Prinsip-prinsip matematika.Objek-objek tak langsung adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata (secara operasional) tidak segera nampak bahwa objek-objek tersebut merupakan hal-hal yang dipelajari; tetapi hal-hal itu dipelajari sebagai dampak (akibat) dari pembelajaran objek-objek langsung. Objek-objek tak langsung dalam pembelajaran matematika adalah: sikap terhadap matematika, penghargaan terhadap peranan matematika bagi kehidupan manusia, kemampuan memecahkan masalah, kecermatan atau ketelitian dalam mengamati sesuatu, kemampuan berfikir abstrak, dan sebagainya.
Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar sebagai berikut : Informasi verbal atau kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta, ketrampilan intelektual atau kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah, strategi kognitif atau kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis, sikap atau kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut, dan keterampilan motorik yang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan.
Bagi kebanyakan peserta didik, pembelajaran matematika sangat menakutkan, membosankan dan membebani pikiran/perasaan mereka. Hal itu tidak lepas dari peran guru yang mengajar matematika kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang benar. Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna dan menyenangkan, perlu diperhatikan dan diimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran matematika.
Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang mula-mula bersifat kongkrit kemudian bergerak ke arah yang lebih abstrak, atau dari yang spesifik kemudian bergerak ke arah yang lebih umum. Hal ini disebabkan karena tingkat perkembangan kognitif peserta didik di SD kelas rendah masih dalam tahap operasional konkret. Dengan memanipulasi hal-hal konkret tersebut akan menjembatani kemampuan peserta didik yang bersifat operasional konkret dengan materi matematika yang bersifat abstrak dan deduktif.
Pembelajaran perlu dilaksanakan dalam suatu lingkungan pembelajaran yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi siswa (a safe and enjoyable learning environment). Rasa aman peserta didik akan tercipta apabila dalam pembelajaran matematika, siswa mempunyai kesempatan dan kebebasan untuk melakukan eksplorasi terhadap hal-hal yang menarik minatnya, tanpa ada rasa takut atau terancam apabila apa yang ia pikirkan atau ia minati berbeda dari apa yang dipikirkan oleh guru atau pihak lain, bebas vonis negatif dari guru akibat kesalahan-kesalahan dalam pembelajarannya. Menyenangkan maksudnya peserta didik merasa asyik dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam menjalankan tugas-tugas dari guru sehingga akan merasakan waktu belajar berjalan sangat cepat, dan selalu merindukan kapan akan belajar matematika lagi.
Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang mula-mula dirasa mudah bagi siswa kemudian bergerak ke arah yang lebih sukar. Materi yang dirasa mudah akan mendorong peserta didik untuk percaya diri, mengikis rasa takut terhadap materi matematika sehingga akan tumbuh minat dan motivasi peserta didik dalam belajar matematika. Pembelajaran yang meningkat ke arah materi yang semakin sukar akan menumbuhkan motivasi bagi peserta didik untuk merasa tertantang dan tidak membosankan. Para siswa perlu diberi kesempatan yang cukup banyak untuk bisa menemukan sendiri berbagai hal penting yang terkait dengan materi pembelajaran, dengan bimbingan dari guru, sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai materi pelajaran yang dipelajari. Dengan cara demikian pengalaman belajar peserta didik relatif akan bertahan lama, dan bermakna karena sangat terkesan akan susah payahnya dalam proses pembelajaran, bukan hasil asupan, suapan, ataupun transfer pengetahuan dari guru.
Pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam mengelola pembelajaran matematika harus dapat memotivasi semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik aktif secara mental, secara fisik, maupun secara sosial, tanpa ada perasaan tertekan atau terpaksa pada siswa. Guru hendaknya pandai-pandai memilih dan menerapkan berbagai macam pendekatan, model, metode maupun teknik pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik peserta didik yang dihadapi. Hal itu akan menciptakan konteks pembelajaran yang mendorong aktifitas peserta didik dan komunikasi interaktif semakin bervariasi pula. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian , sehingga siswa memahami konsep-konsep matematika, fakta-fakta matematika, keterampilan- keterampilan matematika, dan prinsip-prinsip matematika yang menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa memahami penalaran (reasoning) yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa dalam hal pengembangan konsep yang satu ke konsep yang lain, dari prinsip yang satu ke prinsip yang lain, dari keterampilan yang satu ke keterampilan yang lain. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa mengerti kegunaan nyata dari materi pembelajaran. Dengan mengerti kegunaan nyata dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik lebih terterik minat dan motivasinya dalam belajar, karena pembelajaran tersebut adalah pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari.
Kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau sistem angka yang tidak menggunkan basis sepuluh. Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar