A. Aspek Lingkungan
1.
Penghematan Sumber Daya Alam
Pemenuhan
bahan baku pabrik dari hasil pemulungan sampah menyebabkan penggunaan bahan
baku yang berasal dari alam menjadi berkurang dan dapat ditekan. Selanjutnya
bahan baku dari alam dapat digunakan untuk proses produksi yang memiliki nilai
tambah lebih tinggi. Sebagai contoh, setiap ton daur-ulang baja dapat menghemat
1,5 ton biji besi dan 3,6 barel minyak atau menghemat 67% energi.
2.
Pengurangan Pencemaran Lingkungan
Beberapa keunggulan daur-ulang sampah
anorganik yang berkaitan dengan penanggulangan pencemaran lingkungan antara
lain adalah sebagai berikut: a.
Mendaur-ulang 1 ton kertas koran akan menyelamatkan 17 pohon dan menggunakan
kertas daur-ulang dapat mengurangi 74% pencemaran udara, 34% pencemaran air,
dan menghemat energi hingga 67%. b.
Usaha daur-ulang sampah anorganik seperti kaca, plastik, kertas koran, kaleng,
besi, dapat mengurangi tumpukan sampah kota hingga 25%.
B. Aspek Ekonomi
1.
Menghemat Biaya Operasional Pengelolaan Sampah
Daur-ulang
sampah anorganik telah terbukti dapat mereduksi biaya pengangkutan dan
pembuangan akhir. Sebagai contoh, di Bandung laju daur-ulang sampah anorganik
di 38 TPS yang ada adalah sekitar 37.204 kg per minggu atau 1.939.923 kg per
tahun. Biaya satuan pengangkutan dan pembuangan akhir untuk setiap ton sampah
di Kota Bandung adalah sebesar Rp.58.540,- dan Rp.17.700,-, maka biaya
pengelolaan sampah yang dapat dihemat bisa mencapai Rp. 147 juta setiap tahun.
Bila diasumsikan laju daur-ulang sampah anorganik meningkat sampai 20% dari
total sampah anorganik yang masuk ke TPS, maka biaya yang dapat dihemat
mencapai Rp. 379 juta per tahun.
2.
Menciptakan Lapangan Kerja Hasil
studi CPIS (1988) menyebutkan bahwa seorang
pemulung di Jakarta mampu mengumpulkan rata-rata 35 kg sampah per hari. Apabila
penyerapan pemulung terhadap total produksi sampah kota sebesar 25%, maka di
Jakarta saja yang menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah per hari mampu
menciptakan lapangan kerja di sektor informal bagi
Kurang lebih 40.000
pemulung.
Selain
itu kegiatan daur-ulang sampah anorganik mampu menciptakan usaha bagi pelapak,
bandar dan pemasok. Dengan asumsi dasar bahwa seorang pelapak membeli dari
15,5% pemulung setiap harinya (CPIS, 1988), maka kegiatan daur-ulang sampah
mampu menciptakan usaha bagi sekitar 2.500 pelapak di Jakarta, dengan keuntungan
bersih yang relatif cukup besar, yaitu Rp.32.445,- setiap hari.
3.
Menyediakan Bahan Baku Bagi Industri Daur-Ulang
Sampah
Hasil penyortiran sampah oleh pemulung akhirnya akan disetorkan ke pabrik
pengolah bahan sampah sebagai bahan baku kelas dua.
Sebagai
contoh di Indonesia terdapat dua pabrik kertas berskala besar yang membutuhkan
bahan baku dari sampah kertas sebesar 50 ton per hari (PT. Gunung Jaya Agung)
dan 1.000 ton/hari (PT. Sinar Dunia Makmur). Dari kedua pabrik kertas tersebut,
kebutuhan bahan baku yang dipasok dari pemulung mencapai 378.000 ton setiap
tahun yang berarti penghematan sejumlah 6 juta pohon yang seharusnya ditebang
sebagai bahan baku kertas.
Dengan
demikian pemulung sebagai salah satu sektor informal telah memberikan
andil
dalam pengembangan industri dalam fungsinya sebagai pemasok bahan baku industri
daur-ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar