PMRI
adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang bertitik tolak dari
hal-hal yang ‘real’ bagi siswa. PMRI ini mengadaptasi dari Realistic
Mathematics Education (RME) yang dikembangkan oleh Freudenthal Instituut
Belanda, yang dimulai oleh Hans Freudenthal tahun 1970. Menurutnya, matematika
harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik, dan
relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya
menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat ditranmisikan sebagai
aktivitas manusia atau mathematics is a human activity (Freudenthal,
1991). Matematika sebagai aktivitas manusia dimaksudkan bahwa siswa harus
diberikan kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas matematisasi pada semua
topik dalam matematika dan matematika harus dikaitkan dengan situasi yang
pernah dialaminya baik dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dua
tipe matematisasi dikenal dalam PMRI yaitu horizontal dan vertikal. Pada
horizontal, siswa menggunakan matematika sehingga dapat membantu mereka
mengorganisasi dan menyelesaikan suatu masalah yang ada pada situasi nyata.
Sebaliknya, pada tipe vertikal proses pengorganisasian kembali menggunakan
matematika itu sendiri.
Prinsip PMRI
Menurut
Freudental dalam Zulkardi (2005: 8-9) ada tiga prinsip PMRI yang dapat
dijadikan sebagai acuan oleh peneliti dan pendesainan perangkat pembelajaran
baik itu materi maupun produk pendidikan lainnya. Ketiga prinsip tersebut dijelaskan
seperti berikut :
1. Penemuan terbimbing melalui matematisasi (Guided
reinvention through Mathematization).
Karena dalam PMRI, matematika adalah aktivitas manusia maka
penemuan terbimbing melalui matematisasi dapat diartikan bahwa siswa hendaknya
dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri
proses yang sama saat matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan
dengan menggunakan prosedur secara informal ke tingkat belajar matematika
secara formal.
2. Fenomena mendidik (Didacitical Phenomenology).
Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan
bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari
keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara
formal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan menggunakan
situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika secara
informal ke tingkat belajar matematika secara formal.
3. Model-Model Siswa sendiri (Self-develoved models).
Peran Self-develoved models merupakan jembatan bagi
siswa dari situasi real ke situasi konkrit atau informal matematika ke formal
matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.
Pertama adalah model suatu situasi yang dekat dengan alam siswa. Dengan
generalisasi model tersebut akan menjadi berubah model-of masalah
tersebut. Model-of akan bergeser menjadi model-for masalah
sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model dalam formal matematika.
Karakteristik PMRI
Menurut
Jan de Lange (1987); Treffers (1991); dan Gravemeijer (1994) dalam Zulkardi
(2005:9) PMRI mempunyai lima karakteristik yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan masalah kontekstual (masalah
kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang
diinginkan dapat muncul).
2. Menggunakan model yang menekankan penyelesaian secara
informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus.(Perhatian diarahkan
pada pengembangan model, skema dan simbolisasi daripada hanya mentransfer rumus
atau matematika secara langsung).
3. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa
(Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari kontribusi
siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal kearah yang lebih
formal).
4. Interaktivitas (negoisasi secara eksplisit,
intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama siswa dan guru adalah faktor penting
dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa
digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal).
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
(Pendekatan holistic, menunjukan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat
dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keterintegrasian haris
dieksploitasi dalam pemecahan masalah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar