- Teori petunjuk (prescriptive theories) menggunakan bagaimana memotivasi para karyawan. Teori-teori ini didasarkan atas pengalaman coba-coba. Faktor-faktor yang dipakai untuk memotivasi telah banyak dibahas di bagian-bagian sebelumnya, sehingga teori-teori ini tidak diliput dalam pembicaraan berikut.
- Teori isi (content theories), kadang-kadang disebut teori kebutuhan (need theories), adalah berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku atau memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori-teori yang sangat terkenal dengan diantaranya : 1) hirarki kebutuhan dari psikolog Abraham H. Maslow 2) Frederick Herzberg dengan motivasi – pemeliharaan atau motivasi – higienis, dan 3) teori prestasi dari penulis dan peneliti David McClelland.
- Teori proses (process theories) berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjalankan aspek “bagaimana’ dari motivasi. Teori-teori yang termasuk kategori teori-teori proses adalah 1) teori penghargaan, 2) pembentukan perilaku (operant conditioning), 3) teori Porter – Lawler, dan 4) Teori keadilan.
TEORI-TEORI ISI
Teori
isi dari motivasi memusatkan perhatiannya pada pertanyaan : apa
penyebab-penyebab perilaku terjadi dan berhenti? Jawabannya terpusat pada 1)
kebutuhan-kebutuhan, motif-motif atau dorongan-dorongan yang mendorong,
menekan, memacu, dan menguatkan karyawan untuk melakukan kegiatan dan 2)
hubungan-hubungan para karyawan dengan faktor-faktor eksternal (insentif) yang
menyarankan, menyebabkan, mendorong, dan mempengaruhi mereka untuk melaksanakan
kegiatan. Teori isi menekankan
pentingnya pengertian akan faktor-faktor internal individu tersebut, kebutuhan
atau motif, yang menyebabkan mereka memilih kegiatan, cara dan perilaku
tertentu untuk memuaskan kebutuhan yang dirasakan. Pendekatan isi banyak
dihubungkan dengan nama-nama seperti maslow, McGregor, Herzberg, Atkinson dan
McClelland. Nama-nama ini merupakan para penulis yang mempunyai pengaruh sangat
kuat dalam bidang manajemen dan pada pemikiran dan kegiatan para manajer
praktisi.
Maslow mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua
prinsip. Pertama, kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam suatu hirarki
dari kebutuhan terendah sampai yang tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang
telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku.
Menurut Maslow, manusia akan didorong untuk emmenuhi
kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang
bersangkutan mengikuti suatu hirarki. Dalam tingkatan ini, kebutuhan pertama
yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah kebutuhan fisiologi, seperti balas
jasa, istirahat, dan sebagainya. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan, kebutuhan
yang lebih tinggi berikutnya akan menjadi kebutuhan utama, yakni kebutuhan akan
keamanan dan rasa aman. Kebutuhan ketiga akan muncul setelah kebutuhan kedua
terpuaskan. Proses ini berjalan terus sampai terpenuhinya kebutuhan aktualisasi
diri, dimana manajemen dapat memberikan insentif untuk memotivasi hubungan
kerja sama, kewibawaan pribadi serta rasa tanggung jawab untuk mencapai hasil
prestasi yang tinggi dari karyawan.
Teori Motivasi –
Pemeliharaan dari Herzberg
Pada
umumnya, para karyawan baru cenderung memeusatkan perhatiannya pada pemuasan
tingkat kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama
keamanan. Beberapa percobaan penelitian motivasi telah dilakukan yang
memperagakan pentingnya tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi tersebut sebagai
motivasi. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Frederick Herzberg dengan kelompok risetnya dari “Psychological Service
Pittsburgh”.
Berdasarkan
penelitiannya, yang dilakukan dengan wawancara terhadap lebih dari dua ratus
insinyur dan akuntan, Herzberg dan kawan-kawannya telah menemukan dua kelompok
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Jadi menurut
penemuannya para peneliti membedakan antara yang mereka sebut “motivators” atau
‘pemuas” (satisfier) dan “faktor-faktor pemeliharaan” (kadang-kadang disebut
“hygienic factors”) atau “dissatifiers”. Motivator memepunyai pengaruh
meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja. Faktor-faktor pemeliharaan mencegah
merosotnya semangat kerja atau efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak
dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidak-puasan kerja atau menurunkan
produktivitas.
Jadi
secara ringkas, penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya
adalah bahwa manajer perlu memahami faktor-faktor apa yang dapat digunakan
untuk memotivasi para karyawan.
Teori prestasi
dari McClelland
David
McClelland dan para peneliti lainnya mengemukakan bahwa ada korelasi positif
antara kebutuhan berprestasi dengan prestasi dan sukses pelaksanaan. McClelland, melalui riset empiriknya,
menemukan bahwa para usahawan, ilmuwan dan professional mempunyai tingkat
motivasi prestasi di atas rata-rata.
McClelland
juga menemukan bahwa kebutuhan prestasi tersebut dapat dikembangkan pada orang
dewasa. Orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan yaitu :
1.
Menyukai
pengambilan risiko yang layak (moderat) sebagai fungsi ketrampilan, bukan
kesempatan; menyukai suatu tantangan; dan menginginkan tanggung jawab pribadi
bagi hasil yang dicapai.
2.
Mempunyai
kecenderungan untuk meenetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan
menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan. Salah satu alasan mengapa banyak
perusahaan berpindah ke program management by objectivies (MBO) adalah karena
adanya korelasi positif antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.
3.
Mempunyai
kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.
4.
Mempunyai
ketrampilan dalam perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.
good
BalasHapus:)
BalasHapus