12 Desember 2012

AKU + DIA = KITA (♥) Part One


C

inta,, sebuah kata sederhana yang hanya memiliki lima huruf. Lima huruf yang dapat membuat orang menangis ataupun tertawa. Lima huruf yang dapat membuat orang berduka ataupun bahagia. Lima huruf yang dimana kita tidak dapat mendefinisikannya hanya dengan waktu sehari. Begitu hebatnya lima huruf tersebut hingga ia dapat mengalahkan segalanya, kecuali kekuasaanNya. Lima huruf yang akan dan selalu bermuara, hingga ia menemukan pelabuhan yang menurutnya tepat.
        Bagiku cinta memiliki arti yang luar biasa. Kadang aku tersenyum dibuatnya, tetapi terkadang juga aku dibuatnya menangis. Tatkala hatiku berontak, tetapi cinta selalu datang mendamaikannya. Ia bagai mukjizat sederhana bagi umatnya.. Yaps lima huruf itu memang tidak akan pernah ada habisnya untuk dibicarakan.

*****
        Terakhir kali aku mengenal cinta mungkin sudah lama dan hampir terlupa. Cinta dari seorang laki-laki yang kukenal dengan kepolosan rupanya, kearifan budinya, dan santun tingkah lakunya yang ternyata semua hanya topeng belaka. Topeng yang terpasang dengan rapi dan sebegitu melekatnya hingga membuat semua orang menganggapnya bagai kupu-kupu cantik nan elok. Kupu-kupu yang terbang mencari sari putik yang tak cukup jika hanya dari satu tangkai bunga. Yaa mungkin seperti itu wujud aslinya. Hanya bermodal senyum manis yang tak lain senyum palsu.
        Yang aku tahu.. kini aku harus berjalan setapak demi setapak lagi memunguti sisa-sisa semangatku yang ada. Kuambil segenggam demi segenggam dan kucoba mengumpulkan lagi asaku yang sempat terbuang sia-sia. Seluruh asaku tidak boleh usai hanya karena makhluk sepertinya. Sopan sekali aku menyebutnya makhluk?? makhluk Tuhan yang baik tidak akan akan tega melakukan hal semacam itu. Tuhan saja tidak akan pernah mengecewakan umatnya yang berusaha mencintaiNya. Mungkin selama ini cintaku lebih besar kepadanya hingga aku melalaikan untuk mencintai Sang Pemilik Cinta yang Kekal, yaitu Allah SWT. Sadarku Allah tidak pernah menduakanku. Sadarku Allah selalu ada untukku saat aku jatuh. Sadarku Allah yang dapat membuatku terbangun dari mimpi-mimpi burukku. Sadarku yang tidak pernah sadar akan keberadaanNya. Menangis tersedu aku dalam sejudku malam ini...
*****
        Sehari, seminggu, sebulan bahkan hampir kulewati setahunku hanya dengan kesibukanku. Hanya bekerja, kuliah dan bermain yang aku lakukan untuk mengisi kegiatanku. Lumayan untuk merefresh pikiranku yang mulai jenuh dan mengisi ruang hampa yang memang benar-benar kosong saat itu. Aku menikmati saat-saat seperti ini. Yang aku takutkan justru ketika aku beranjak tua dan aku menyesal tidak pernah menikmati masa remajaku. Masa-masa dimana aku dapat sepuasnya melakukan hal-hal yang berguna. Mengejar cita-citaku, membahagiakan orang tua, bermain bersama teman karibku, memiliki sesuatu yang sangat aku mimpikan sedari dulu, dan lain sebagainya yang ingin kuwujudkan pada masa itu.
        Aku tidak pernah merasa sendiri. Bahkan aku tidak pernah merasa iri jika aku berjalan dengan sahabatku yang masing-masing membawa pasangannya. Aku juga tidak pernah merasa terabaikan ataupun menjadi obat nyamuk saat bersama mereka. Aku tidak pernah kecewa dengan takdirku. Kalau ada orang berkata “Jalani hidup bagaikan air  yang mengalir”, bagiku mereka salah menafsirkan. Menjalani hidup, menjalani takdirnya sebisa mungkin kita berusaha untuk merubah hidup dan takdir kita menjadi indah. Menjadikan mereka mengalir ke arus yang airnya jernih, menyegarkan dan bermanfaat. Bukan hanya dibiarkan mengalir, karena kita tidak akan pernah tahu kemana mereka akan bermuara.
        Kejadian lucu, aneh dan berkesan datang silih berganti mnghampiri roda kehidupanku. Mulai berkenalan dengan teman sahabatku sendiri, kakak teman sekuliahku, dan makhluk-makhluk lainnya. Tidak ada sesuatu yang lebih saat bersama mereka. Mereka sudah seperti kakakku sendiri, meskipun perhatian mereka terkadang lebih. Perhatian yang membuatku risih sebenarnya. Sahabatku sendiri hampir marah dan bingung melihat tingkahku yang sepertinya tidak mau lagi mengenal makhluk yang benama laki-laki. Mereka bilang aku kaku dan keras. Yaa.. aku memang telah kehilangan hasratku untuk mengenal mereka.
*****
        Satu tahun sudah akan berlalu, tetapi aku masih asyik sendiri dengan hidup yang kubuat sendiri. Aku hanya ingin suatu saat aku akan menoreh pelangi di atas langit pikiranku, menghapus awan hitam yang berkubang di sana. Seperti apa yang pernah aku ingat saat membaca suatu blog “Akan ada pelangi setelah hujan”. Akan ada sesuatu yang indah setelah melewati cobaan yang diberikanNya. Tidak ada gunanya hanya mengeluh dan berburuk sangka kepadaNya. Karena yang aku tahu, Dia sudah menyiapkan sesuatu lebih spesial untuk kita yang memang spesial.
        Pertemuanku dengannya tidak pernah terduga dan terbayang. Saat pertama bertemu pun tak ada kesan yang berarti, biasa saja bagiku. Seperti halnya bertemu dengan teman-teman lamaku yang lainnya. Kami memang lama tidak pernah bertemu, mungkin sudah hampir lima tahun ataupun lebih. Sebegitu lamanya hingga aku lupa. Dia yang ternyata mantan dari seorang sahabatku, sekarang begitu memiliki arti yang sangat besar bagiku.
        Pertama kali bertemu hanya biasa saja, tersenyum layaknya memnyapa orang yang memang lama tidak pernah bertemu. Berkomunikasi pun tidak, hanya senyumnya yang berbicara. Yang aku tahu sahabatku masih menaruh hatinya pada dia, meski aku tahu sahabatku sudah punya penggantinya. Aneh memang kedengarannya.. sudah memiliki tambatan hati, tetapi masih mengenang yang sudah-sudah. Dan aku pun hanya bisa mendengarkannya berbicara tentangnya. Lima huruf itu memang aneh, dia dapat dengan mudah membolak-balikkan perasaan seseorang dengan cepatnya. Begitu hebat Tuhan mencpitakan lima huruf tersebut.
        Kedua kalinya tidak sengaja bertemu lagi dengan dia. Dan yang sangat aku herankan, sahabatku lagi yang membawa aku bertemu dengannya. Sahabatku memang sengaja bertemu dengan temannya yang sedang berlibur di kota ini, Gresik. Dan yang baru aku tahu juga, temannya adalah seseorang di masa lalunya yang tidak lain adalah teman dari dia. Dunia memang tidak selebar daun kelor. Bertemu dia tidak ada firasat bahwa aku akan tertarik bahkan jatuh cinta kepadanya.
        Dia hadir bukan dari sekali atau dua kali bertemu. Lagi-lagi dia hadir lewat pesan masuk di handphoneku. Entah darimana dia memliki nomorku aku tidak pernah memikirkannya. Dia teman masa smp ku, dia yang aku sudah lupa apa aku pernah sekelas dengannya saat masa sekolah itu. Mungkin lebih tepatnya tidak pernah sekelas dengan dia, tetapi aku kenal dia. Dan hari-hariku kini seiring waktu menjadi aneh saat membaca pesan-pesan masuk darinya. Sering tersenyum sendiri, terkadang juga cemberut membacanya, hal yang aneh terjadi padaku setelah sebelumnya aku tidak pernah seperti itu. Kuingat lagi lima huruf itu.. tapi buru-buru kutepiskan. Ini bukan....
        Ternyata pertemuanku dengan dia tidak hanya terjadi lewat pesan di handphone. Pertemuan yang selanjutnya terjadi memang disengaja tidak seperti sebelumnya. Lagi-lagi hal yang aneh menggerogoti pikiranku. Lima huruf itu terbayang-bayang saat melihatnya. Yang aku takutkan jika dia memiliki rasa itu kepadaku. Sedangkan aku masih tidak ingin memikirkan hal itu. aku masih tramua dengan segala apa yang berkaitan dengan lima huruf itu. Aku hanya ingin dekat dan mengenal dia lebih jauh, tetapi bukan untuk menjadikannya sebagai tempatku bermuara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar